Kamis, 01 November 2012

Penelitian Anak dibawah 15 Tahun

Penelitian dilakukan terhadap seorang siswi SMP  yang telah menghadapi Ujian Nasional


1.1        Latar Belakang
Pertumbuhan yang terjadi sebagai perubahan individu lebih mengacu dan menekankan pada aspek perubahan fisik kearah yang lebih maju. Dengan kata lain, pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai proses perubahan fisiologis yang bersifat progresif dan kontinu serta berlangsung dalam periode tertentu. Oleh karena itu, sebagai hasil dari pertumbuhan adalah bertambahnya berat atau tinggi badan, tulang otot menjadi lebih kuat, lingkar tubuh menjadi lebih besar, dan organ tubuh menjadi lebih sempurna. Pada akhirnya, pertumbuhan ini mencapai titik akhir yang berarti bahwa pertumbuhan telah selesai. Bahkan pada usia tertentu, misalnya usia lanjut, justru terdapat bagian-bagian fisik tertentu yang mengalami penurunan dan pengurangan. Sedangkan perkembangan lebih mengacu pada perubahan karakter yang khas dari gejala- gejala psikologis ke arah yang lebih maju.
Pertumbuhan dan perkembangan manusia mengalami beberapa tahapan, dimana dari setiap tahap memiliki suatu identitas dan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Perkembangan dapat dicapai karena adanya proses belajar dan proses belajar hanya mungkin berhasil jika ada suatu pembelajaran yang sesuai dengan tahapan yang sesuai pula.
Masa remaja terletak diantara masa anak dan masa dewasa. Masa Remaja adalah tahapan yang pada umumnya dimulai sekitar usia 13 tahun[1]. Awal masa remaja ditandai dengan pertumbuhan fisik sangat pesat dengan mulai berfungsinya hormon-hormon sekunder pada permulaan masa remaja. Pertanda fisik yang sudah menyerupai manusia dewasa ini tidak di ikuti dengan perkembangan psikis yang sama pesatnya. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju kehidupan orang dewasa merupakan masa yang sulit dan penuh gejolak sehingga sering disebut sebagai masa badai dan topan (strum and drang), masa pancaroba dan berbagai sebutan lainnya yang menggambarkan banyaknya kesulitan yang dialami pada
masa perkembangan ini.
Dari suatu perubahan yang terjadi pada masa remaja ini membawa suatu konsekuensi mengenai metode dan materi tentang kegiatan pembelajaran. Namun perubahan yang terjadi di dalam individu ini juga sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan sekitarnya.
Oleh karena itu dilakukan penelitian langsung terhadap seorang anak untuk membuktikan dan menganalisa langsung. Penelitian yang dilakukan terhadap seorang anak SMP yang menghadapi Ujian Nasionalyang bernama Faizatul Aliyah berasal dari Sukabumi yang berumur 15 tahun.
1.2        Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana karakteristik perkembangan Faizatul Aliyah?
2.      Bagaimana metode pembelajaran yang digunakan Faizatul Aliyah
3.      Bagaimana peran lingkungan terhadap perkembangan Faizatul Aliyah?

1.3        Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan yang ingin dicapai antara lain untuk:
1.      Mengetahui karakteristik perkembangan Faizatul Aliyah.
2.      Mengetahui metode pembelajaran yang digunakan Faizatul Aliyah.
3.      Mengetahui peran lingkungan terhadap perkembangan Faizatul Aliyah.

1.4        Metode
Metode yang digunakan pada penelitian terhadap anak SMP adalah metode teori dan metode penelitian langsung baik pada anak, orang tua dan saudara dari anak.
BAB II
TEORI

2.1              Pengertian dan Ruang Lingkup Anak Usia SMP
Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa adolescere yang berarti “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.
Secara umum remaja dapat didefinisikan sebagai suatu tahap perkembangan pada individu, dimana remaja mengalami perkembangan biologis, psikologis, moral dan agama. Remaja juga merupakan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa. Dapat dikatakan juga, bahwa remaja adalah masa transisi dari periode anak-anak menuju dewasa.
Untuk memudahkan identifikasi, biasanya masa remaja dibatasi oleh waktu tertentu,WHO membagi 2 tahap usia remaja[2] yaitu:
  1. Remaja Awal : 10 – 14 tahun
  2. Remaja akhir : 15 – 20 tahun
Oleh karena itu, anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) dapat dikategorikan sebagai anak usia remaja awal. Pada umumnya ketika usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah masa remaja awal setelah mereka melalui masa-masa pendidikan Sekolah Dasar. Remaja awal ini berkisar antara umur 10-14 tahun. Masa remaja awal atau masa puber adalah periode unik dan khusus yang ditandai dengan perubahan- perubahan perkembangan yang tidak terjadi dalam tahap-tahap lain dalam rentang kehidupan[3].


2.2              Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Remaja Usia SMP

            Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja.

2.2.1        Fisik Motorik
Pada masa remaja, pertumbuhan fisik mengalami perubahan lebih cepat dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa. Pada fase ini remaja memerlukan asupan gizi yang lebih, agar pertumbuhan bisa berjalan secara optimal. Perkembangan fisik remaja jelas terlihat pada tungkai dan tangan, tulang kaki dan tangan, serta otot-otot tubuh berkembang pesat.
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja perempuan dan perubahan suara pada remaja laki-laki. Saat itu, secara biologis remaja mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.
Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins ataugona dotrophic hormones) yang saling berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu : Follicle–Stimulating Hormone (FSH); dan Luteinizing Hormone (LH).
Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhanestrogen dan progesterone;  dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak laki-laki, luteinizing hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari hormon- hormon tersebut diatas merubah sistem biologis seorang anak.
Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa system reproduksinya sudah efektif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang. Anak laki-laki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormone testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja. Menurut Arajoo T.V (1986), ranah afektif menyangkut perasaan, modal dan emosi. Perkembangan afektif siswa SMP mencakup proses belajar perilaku dengan orang lain atau sosialisasi. Sebagian besar sosialisasi berlangsung lewat pemodelan dan peniruan orang lain.
Perkembangan psikomotorik Wuest & Combardo (1974) menyatakan bahwa perkembangan aspek psikomotorik seusia SMP ditandai dengan perubahan jasmani dan fisiologis sex yang luar biasa. Salah satu perubahan luar biasa tersebut adalah perubahan pertumbuhan tinggi badan dan berat badan, sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat “tidak memikirkan akibat” dari perbuatan mereka, dan kadang mengalami proses pencarian jati diri
2.2.2        Berfikir dan Bahasa
Hal ini menyangkut tentang hubungan sebab akibat. Remaja sudah mulai berfikir kritis sehingga ia akan melawan bila orang tua, guru, lingkungan, masih menganggapnya sebagai anak kecil. Mereka tidak akan terima jika dilarang melakukan sesuatu oleh orang yang lebih tua tanpa diberikan penjelasan yang logis. Misalnya, remaja makan didepan pintu, kemudian orang tua melarangnya sambil berkata “pantang”. Sebagai remaja mereka akan menanyakan mengapa hal itu tidak boleh dilakukan dan jika orang tua tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan maka dia akan tetap melakukannya. Apabila guru/pendidik dan oarang tua tidak memahami cara berfikir remaja, akibatnya akan menimbulkan kenakalan remaja berupa perkelahian antar pelajar.
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.
Pada kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih sangat banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal ini[4]. Sebagian masih tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit, dimana pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu melihat masalah dari berbagai dimensi. Hal ini bisa saja diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia yang tidak banyak menggunakan metode belajar-mengajar satu arah (ceramah) dan kurangnya perhatian pada pengembangan cara berpikir anak. penyebab lainnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang cenderung masih memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya. Semestinya, seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak supaya saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.

2.2.3        Sosial
Sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku. Oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya. Ketrampilan-ketrampilan tersebut biasanya disebut sebagai aspek psikososial. Ketrampilan tersebut harus mulai dikembangkan sejak masih anak-anak, misalnya dengan memberikan waktu yang cukup buat anak-anak untuk bermain atau bercanda dengan teman-teman sebaya, memberikan tugas dan tanggungjawab sesuai perkembangan anak, dsb. Dengan mengembangkan ketrampilan tersebut sejak dini maka akan memudahkan anak dalam memenuhi tugas-tugas perkembangan berikutnya sehingga ia dapat berkembang secara normal dan sehat.
Ketrampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri menjadi semakin penting manakala anak sudah menginjak masa remaja. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan sangat menentukan. Kegagalan remaja dalam menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial akan menyebabkan dia sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang normatif (misalnya asosial ataupun anti sosial), dan bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrim bisa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal, tindakan kekerasan, dsb.
Berdasarkan kondisi tersebut diatas maka amatlah penting bagi remaja untuk dapat mengembangkan ketrampilan-ketrampilan sosial dan kemampuan untuk menyesuaikan diri. Permasalahannya adalah bagaimana cara melakukan hal tersebut dan aspek-aspek apa saja yang harus diperhatikan.
Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja yang berada dalam fase perkembangan masa remaja madya dan remaja akhir adalah memiliki ketrampilan sosial (sosial skill) untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari. Ketrampilan-ketrampilan sosial tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri & orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi atau menerima feedback, memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku, dsb. Apabila keterampilan sosial dapat dikuasai oleh remaja pada fase tersebut maka ia akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Hal ini berarti pula bahwa sang remaja tersebut mampu mengembangkan aspek psikososial dengan maksimal. Jadi tidak mengherankan jika pada masa ini remaja mulai mencari perhatian dari ingkungannya dan berusaha mendapatkan status atau peranan, misalnya mengikuti kegiatan remaja dikampung dan dia diberi peranan dimana dia bisa menjalankan peranan itu dengan baik. Sebaliknya jika remaja tidak diberi peranan, dia akan melakukan perbuatan untuk menarik perhatian lingkungan sekitar dan biasanya cenderung ke arah perilaku negatif.
Pola hubungan sosial remaja lain adalah dimulainya rasa tertarik pada lawan jenisnya dan mulai mengenal istilah pacaran. Jika dalam hal ini orang tua kurang mengerti dan melarangnya maka akan menimbulkan masalah sehingga remaja cenderung akan bersikap tertutup pada orang tua mereka. Anak perempuan secara biologis dan karakter lebih cepat matang daripada anak laki-laki.
2.2.4        Moral dan Agama
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: agama, politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dsb. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya “kenyataan” lain di luar dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi lebih luas dan seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak.
Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya. Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan “kenyataan” yang baru. Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap "pemberontakan" remaja terhadap peraturan atau otoritas yang selama ini diterima bulat-bulat. Misalnya, jika sejak kecil pada seorang anak diterapkan sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik. Pada masa remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya membiarkan korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai baik dalam suatu kondisi tertentu. Hal ini tentu saja akan menimbulkan konflik nilai bagi sang remaja. Konflik nilai dalam diri remaja ini lambat laun akan menjadi sebuah masalah besar, jika remaja tidak menemukan jalan keluarnya. Kemungkinan remaja untuk tidak lagi mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan oleh orangtua atau pendidik sejak masa kanak-kanak akan sangat besar jika orangtua atau pendidik tidak mampu memberikan penjelasan yang logis, apalagi jika lingkungan sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai tersebut.
Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan alternatif jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri remajanya. Orangtua yang bijak akan memberikan lebih dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja itu bisa berpikir lebih jauh dan memilih yang terbaik. Orangtua yang tidak mampu memberikan penjelasan dengan bijak dan bersikap kaku akan membuat sang remaja tambah bingung. Remaja tersebut akan mencari jawaban di luar lingkaran orangtua dan nilai yang dianutnya. Ini bisa menjadi berbahaya jika “lingkungan baru” memberi jawaban yang tidak diinginkan atau bertentangan dengan yang diberikan oleh orangtua. Konflik dengan orangtua mungkin akan mulai menajam.
Begitu pula dengan agama. Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan alternatif jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri remajanya karena rasa penasaran dari anak yang memang sangat rentan dengan paham-paham baru baik dia baru usia 15 tahun. Hal tersebut menyebabkan tingkat kritis seorang anak yang ingin tahu akan segala hal sangat lah tinggi. Hingga butuh pengawasan dari orangtua maupun pendidik.
2.2.5        Emosi
Emosi pada remaja masih labil, karena erat hubungannya dengan keadaan hormon. Mereka belum bisa mengontrol emosi dengan baik. Dalam satu waktu mereka akan kelihatan sangat senang sekali tetapi mereka tiba-tiba langsung bisa menjadi sedih atau marah. Contohnya pada remaja yang baru putus cinta atau remaja yang tersinggung perasaannya. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka daripada pikiran yang realistis. Saat melakukan sesuatu mereka hanya menuruti ego dalam diri tanpa memikirkan resiko yang akan terjadi.
2.2.6        Seksual
Terdapat perbedaan tanda-tanda dalam perkembangan seksual pada remaja. Tanda-tanda perkembangan seksual pada anak laki-laki diantaranya alat reproduksi spermanya mulai berproduksi, ia mengalami masa mimpi yang pertama, yang tanpa sadar mengeluarkan sperma. Sedangkan pada anak perempuan, bila rahimnya sudah bisa dibuahi karena ia sudah mendapatkan menstruasi yang pertama.
Terdapat ciri lain pada anak laki-laki maupun perempuan. Pada laki-laki pada lehernya menonjol buah jakun yang bisa membuat nada suaranya pecah; didaerah wajah, ketiak, dan di sekitar kemaluannya mulai tumbuh bulu-bulu atau rambut; kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya pucat dan pori-porinya meluas. Pada anak perempuan, diwajahnya mulai tumbuh jerawat, hal ini dikarenakan produksi hormon dalam tubuhnya meningkat. Pinggul membesar bertambah lebar dan bulat akibat dari membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak bawah kulit. Payudara membesar dan rambut tumbuh di daerah ketiak dan sekitar kemaluan. Suara menjadi lebih penuh dan merdu.
Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu: Follicle-Stimulating Hormone (FSH); dan 2). Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.

BAB III
EMPIRIS
Remaja usia 15 tahun adalah masa-masa yang sedang labil dengan mudah sekali terpengaruhi oleh lingkungan yang berada di sekitarnya. Penelitian yang penulis lakukan yaitu penelitian yang dilakukan pada seorang anak berusia 15 tahun, yang mana seorang anak ini telah menghadapi Ujian Nasional 2011. Anak yang menjadi objek penelitian penulis bernama Faizatul Aliyah, usia 15 tahun. Lahir di Salatiga tanggal 20 April 1996. Anak dari Ibu Endah Salamah dan alm.Bapak Suhaely. Faizatul Aliyah biasa dipanggil dengan Lia. Lia adalah anak keempat dari empat bersaudara. Kakak pertamanya berusia 25 th seorang perempuan yang telah menjadi sarjana Pendidikan bahasa Jerman sedangkan kakak keduanya seorang laki-laki berusia 22 th yang sedang menjalani S1 di salah satu Perguruan Tinggi Swasta Bandung. Sedangkan kakak ketiga adalah seorang wanita yang juga sedang menjali program sarjana di salah satu Perguruan Tinggi Negeri Bandung. Lia tinggal bersama ibunya di Sukabumi. Setelah dilakukan observasi langsung terhadap Lia seetelah ia menhadapi Ujian Nasional di dapatkan hasil sebagai berikut.
3.1                 Fisik Motorik
Keadaan fisik yang dialami oleh Faizatul Aliyah alias Lia sama seperti yang biasa dialami oleh remaja seumurannya. Lia mengalami perubahan fisik maupun perubahan motorik. Pada saat Lia berumur 13 tahun, dia mengalami menstruasi. Dan mengalami perubahan fisik dengan tumbuhnya payudara dan bertambah tingginyas Lia dari tahun ke tahun. Dengan hal tersebut dapat dipastiakan bahwa Lia pun mengalami perkembangan dan pertumbuhan fisik. Selain itu terlihat jelas terdapat jerawat yang ada pada wajahnya. Hal itu terjadi akibat pikiran yang tertuju pada persiapan ujian Nasional serta tekanan yang dihadapi pra Ujian Nasional dan Pasca Ujian Nasional (menunggu hasil apakah lulus atau tidak).
Sedangkan pertumbuhan motorik ditandakan dengan sikap yang lebih kritis yang terjadi pada Lia. Sterlebih lagi terlihat dari carany berbicara dan mengkritisi sekolahnya saat menghadapi ujian Nasional. Terdapat hal-hal yang tidak disetujui oleh Lia dari persiapan yang dilakukan oleh sekolahnya untuk menghadapi Ujian Nasional. Sehingga memang terjadi perkembangan motorik pad alia dan hal tersebut sudah wajar kare tidak ada perkembangan fisik dan motorik yang menyimpang saat dilakukan penelitian langsung terhadapnya.

3.2                 Berfikir dan Bahasa
Daya berfikir pada usia 12 sampai 15 tahun sedang berkembang kea rah ingin tahu dan kritis terhadap yang tidak sesuai dengna yang adaa dipikirannya. Yang terjadi pada Lia pun begitu. Salah satu contoh saat berbincang-bincang dengan Lia yaitu :
Kakak Lia       = “ kemarin kenapa mamah marah ke Lia?”
Lia                   = “ Kak, Lia bingung, bukannya mamah dulu pernah bilang kalo lia tuh harus belajar maksimal bioar bisa ngerjain Ujian Nasional tanpa nyontek. Walau Lia nanti dapet nilai pas-pasan tapi dengan ga nyontek ya gak apa=apa. Tapi kenapa Lia dapaet nilai 5,75 dei matematika malah dimarahin coba?”[5]
            Dari percakapan tersebut dfapat dilihat bahwa hal-hal yang tidak sesuai dengannny akan diungkapakan. Selain itu pun saat berbincang-bincang dengan penulis ada kalany Lia berdiskusi dan mengajak debat mengenai hal-hal yang memang belum dia ketahui dan itu masih belum bisa diterimanya. Selain itu adakalanya pendapat yang dikemukakan olehnya diterima dan dipertimbangkan saat di keluarganya menghadapi masalah.
Aspek bahasa yang ada pada Lia memang sangat dipengaruhi oleh asal dia lahir. Karena keluarga Lia yang selalu berpindah-pindah ke temp[at yang memiliki bahsa yang berbeda, maka Lia lebih dominan dengan menggunakan bahasa Indonesia dibandingkan menggunakan bahsa daerah di lingkungan keluarganya. Tetapi di lingkungan sekolah kepada teman-temannya, Lia menggunakan bahasa daerah yang tidak halus. Jadi penyesuaian dalam penggunaan bahsa yang terjadi pada Lia adalah tergantung lingkungan dimana dia sedang diami. Sedangkan pada metode pembelajaran yang dilakukan oleh Lia adalah dengan metode tatap muka dan penjelaasan dengan lebih intensif. Hal itu ditandai apabilka Lia mengalami kesullitan dengan salah satu mata pelajaran, maka ia akan meminta bantuan kepada kakaknya dan disanan terlihat bahwa terkadang Lia tidak mengerti hingga harus dilakukan beberapa kali penjelasan hingga ia mengerti.
3.3                 Sosial
Aspek social yang terjadi pada remaja usia 12-15 tahun memang tergantung dari lingkungannya. Tetapi biasanya remaja melakukan aspek sosialnya dengan lancer yaitu terhadap temannya yang seusia. Dan penyesuaiannya pun cepat. Tetapi yang dihadapi oleh Lia berbeda dengan teori yang dikemukakan oleh para tokoh psikologi. Penyesuaian diri pada Lia cukup lama karena ia adalah seorang yang cukup pemalau dan memiliki sifat menjaga penampilan dan imagenya yang cukup tinggi. Hingga terkadang perasaan malu dan takut terhadap pandangan dan anggapan orang lain terhadapnya telah menekan peresaan percaya dirinya. Hal itu terlihat saat Lia di suruh oleh ibunya untuk ke warung membekli sesuatu. Yang Lia lakukan yaitu melkakukan persiapan yang cukup lama dengan benar-benar memperhatikan penampilannya dengan sungguh-sungguh. Terlebih lagi saat ia sedang menghadapi Ujian Nasional dan sudah menghadapi ujian Nasional. Perkembangan sosialnya terlihat jelas dengan adanya rasa ketergantungan pada teman dan guru dalam mengajarinya materi untuk Ujian Nasional.

3.4                 Moral dan Agama
Moral yang ada pada diri Lia baik. Hal itu terlihat dari cara didik orangtuanya yang cukup ketat, sehingga Lia merasa takut bila melakukan kesalahan dan merasa senang bila melakukan kebaikan. Sedangkan pada agama yang ada pada dirinya masih terlihat belumlah dari kesadaran dirinya. Hal itu terjadi karena ada kalanya dirinya selalu disuruh-suruh dalam melaksanakan ibadah menghadap Allah. Bahkan terkadang telat melaksanakannya[6].  Tetapi daya kritisnya terhadap pelajaran agama yang baru ia dapatkan cukup membuat Lia berfikir apakah sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad atau tidak. Hal tersebut ditandai dengan dia yang selalu bertanya kepada ibunya atau kakak-kakaknya mengenai masalah agama.

3.5                 Emosi
Daya emosi pada remaja memang stabil, begitu pula pada Lia. Dia memiliki emosi yang selalu berubah-ubah. Hal tersebut ditandai saat ia memiliki masalah dengan temannya, ia menceritakan hal terserbut kepada kakaknya yang ketiga[7] dengan kekesalan yang meluap-luap dengan tanpa pemikiran yang matang terhadap masalah yang sedang ia hadapi, tetapi pada saat keesokan harinya ia menceritakan kembali dengan kekesalan yang tidak terlihat dan dengan kebingungan yang cukup membuatnya pusing hingga meminta solusi kepada kakaknya tersebut.
Selain itu emosi yang di ungkapkan terhadap perilaku maupun keadaan di rumah pun terkadang berubah-ubah. Terkadang santai menghadapinya, terkadang kesal dan terkadang bahagia dan juga sedih. Hal tersebut terkadang adanya tekanan dari ibu Lia akan kewajiban dia dalam mengerjakan pekerjaan rumah, belajar menghadapi Ujian Nasional dll. Dan reward yang diberikan dari saudar-saudar maupun Ibu Lia pun membuat emosi yang di ungkapkan Lia beraneka ragam.
Selain itu saat ia akan menghadapi Ujian Nasional, Lia lebih sering menghadapi emosi yang sangat tidak stabil karena adanya tekanan dari menghadapi Ujian Nasional baik dari dirinya sendiri, guru, maupun keluarga. Terkadang mengalami kegelisahan, senang, bahkan marah-marah akan ketidakbisaanya dalam memecahkan soal saat berlatih mengerjakan soal. Serta tidak pahamnya saat sedang diajari oleh kakaknya maupun oleh gurunya, hingga timbul rasa penasaran untuk memahami materi yang tidak ia pahami.



3.6                 Seksual
Perkembangan seksual pada diri Lia pun sama seperti yang ada pada teori bahwa Lia mengalami menstruasi dan perubahan bentuk pada pinggul, tumbuhnya payudara dll[8]. Sedangkan pada rasa suka terhadap lawan jenis pun dialami oleh Lia. Tertapi yang lebih dominan adalah kesukaan dia terhadap artis mancanegara.artis tersebut adalah penyanyi yaitu David Archuletta. Hal tersebut dapat dilihat dari foto-foto dan music-musik yang tersimpan di handphone nya berisi dominan foto dan lagu-lagu David Archuletta.

BAB IV
PENUTUP


4.1  KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1.    Karakteristik perkembangan pada Faizatul Aliyah lebih dominan sama seperti pada teori yang telah dikemukakan oleh para tokoh.
2.   Metode pembelaqjaran yang cocok dengan Faizzatul Aliyah adalah dengan metode tatap muka dan penjelasan secara intensif.
3.    Dari penelitian didapat bahwa peran lingkungan di rumah sangat berpengaruh terhadap perkembangaan dan pertumbuhan emosi, fisik, moral, seksual, dan karakteristik lainnya.

Sehingga, dari tiga poin tersebut diperoleh kesimpulan bahwa terdapat teori yang sesuai dengan hasil penelitian penulis dan ada teori yang tidak sesuai dengan penelitian penulis. Hal tersebut dikarenakan penulis hanya melakukan penelitan terhadap seorang anak saja.

4.2  SARAN
1.    Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, terutama mengenai kemungkinan yang terjadi dengan Psikologi Faizatul Aliyah akibat lingkungan sekitarnya.
2.    Perlu diadakan penelitian terhadap anak lainnya sebagai pembanding Karakteristik pertumbuhan Faizatul Aliyah dengan anak lain.
3.    Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai keluarga yang membuat pembentukan karakteristik apda Faizatul Aliyah.


DAFTAR PUSTAKA


Ahmadi, A. 1991. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Rineka Cipta

Gunarsa, D. 1986. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : PT. BK Gunung Mulia

Hurlock, E. 1980. Psikologi Perkembangan : suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Edisi ke lima. Jakarta : Erlangga

Kartono, K. 1979. Psikhologi Anak. Bandung : Alumni

Monk, dkk. 2002. Psikologi Perkembangan : pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Yusuf, S. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Zulkifli, L.. 1992. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT Remaja Rosda Karya




[1] Teori Jean Piaget
[2] menurut Monks dkk (2004)
[3] Ahmadi, A. 1991. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Rineka Cipta
[4] Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja Gunarsa, D
[5] Curhatan Lia kepada kakaknya di tanggal 05 Juni 2011
[6] Keterangan ini didapat dari mamah Lia
[7] Cerita ini di dapat dari kakak Lia yang ketiga
[8] Joyce&Well,1996

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana pendapat anda mengenai Blog ini???