Penelitian dilakukan terhadap seorang siswi
SMP yang telah
menghadapi Ujian Nasional
1.1
Latar Belakang
Pertumbuhan yang terjadi sebagai perubahan individu
lebih mengacu dan menekankan pada aspek perubahan fisik kearah yang lebih maju.
Dengan kata lain, pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai proses perubahan
fisiologis yang bersifat progresif dan kontinu serta berlangsung dalam periode
tertentu. Oleh karena itu, sebagai hasil dari pertumbuhan adalah bertambahnya
berat atau tinggi badan, tulang otot menjadi lebih kuat, lingkar tubuh menjadi
lebih besar, dan organ tubuh menjadi lebih sempurna. Pada akhirnya, pertumbuhan
ini mencapai titik akhir yang berarti bahwa pertumbuhan telah selesai. Bahkan
pada usia tertentu, misalnya usia lanjut, justru terdapat bagian-bagian fisik
tertentu yang mengalami penurunan dan pengurangan. Sedangkan perkembangan lebih
mengacu pada perubahan karakter yang khas dari gejala- gejala psikologis ke
arah yang lebih maju.
Pertumbuhan dan perkembangan manusia mengalami
beberapa tahapan, dimana dari setiap tahap memiliki suatu identitas dan
karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Perkembangan
dapat dicapai karena adanya proses belajar dan proses belajar hanya mungkin
berhasil jika ada suatu pembelajaran yang sesuai dengan tahapan yang sesuai
pula.
Masa remaja terletak
diantara masa anak dan masa dewasa. Masa Remaja adalah tahapan yang pada
umumnya dimulai sekitar usia 13 tahun[1].
Awal masa remaja ditandai dengan pertumbuhan fisik sangat pesat dengan mulai
berfungsinya hormon-hormon sekunder pada permulaan masa remaja. Pertanda fisik
yang sudah menyerupai manusia dewasa ini tidak di ikuti dengan perkembangan
psikis yang sama pesatnya. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa
anak-anak menuju kehidupan orang dewasa merupakan masa yang sulit dan penuh
gejolak sehingga sering disebut sebagai masa badai dan topan (strum and drang),
masa pancaroba dan berbagai sebutan lainnya yang menggambarkan banyaknya
kesulitan yang dialami pada
masa
perkembangan ini.
Dari suatu perubahan yang terjadi pada masa remaja ini
membawa suatu konsekuensi mengenai metode dan materi tentang kegiatan
pembelajaran. Namun perubahan yang terjadi di dalam individu ini juga sangat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan sekitarnya.
Oleh karena itu dilakukan penelitian langsung terhadap
seorang anak untuk membuktikan dan menganalisa langsung. Penelitian yang
dilakukan terhadap seorang anak SMP yang menghadapi Ujian Nasionalyang bernama
Faizatul Aliyah berasal dari Sukabumi yang berumur 15 tahun.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana
karakteristik perkembangan Faizatul Aliyah?
2.
Bagaimana
metode pembelajaran yang digunakan Faizatul Aliyah
3.
Bagaimana
peran lingkungan terhadap perkembangan Faizatul Aliyah?
1.3
Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan
yang ingin dicapai antara lain untuk:
1. Mengetahui karakteristik perkembangan
Faizatul Aliyah.
2. Mengetahui metode pembelajaran yang
digunakan Faizatul Aliyah.
3. Mengetahui peran lingkungan terhadap
perkembangan Faizatul Aliyah.
1.4
Metode
Metode yang
digunakan pada penelitian terhadap anak SMP adalah metode teori dan metode
penelitian langsung baik pada anak, orang tua dan saudara dari anak.
BAB II
TEORI
2.1
Pengertian dan Ruang Lingkup Anak Usia SMP
Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence,
berasal dari bahasa adolescere yang berarti “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai
kematangan”. Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence sesungguhnya
memiliki arti mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.
Secara umum remaja dapat didefinisikan sebagai suatu
tahap perkembangan pada individu, dimana remaja mengalami perkembangan
biologis, psikologis, moral dan agama. Remaja juga merupakan pola identifikasi
dari anak-anak menjadi dewasa. Dapat dikatakan juga, bahwa remaja adalah masa
transisi dari periode anak-anak menuju dewasa.
Untuk memudahkan identifikasi,
biasanya masa remaja dibatasi oleh waktu tertentu,WHO membagi 2 tahap usia
remaja[2]
yaitu:
- Remaja Awal : 10 – 14 tahun
- Remaja akhir : 15 – 20 tahun
Oleh karena itu, anak usia Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dapat dikategorikan sebagai anak usia remaja awal. Pada
umumnya ketika usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah masa remaja awal
setelah mereka melalui masa-masa pendidikan Sekolah Dasar. Remaja awal ini
berkisar antara umur 10-14 tahun. Masa remaja awal atau masa puber adalah
periode unik dan khusus yang ditandai dengan perubahan- perubahan perkembangan
yang tidak terjadi dalam tahap-tahap lain dalam rentang kehidupan[3].
2.2
Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Remaja Usia SMP
Masa
remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang
cepat baik secara fisik maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi
selama masa remaja.
2.2.1
Fisik Motorik
Pada masa remaja, pertumbuhan fisik mengalami
perubahan lebih cepat dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa. Pada
fase ini remaja memerlukan asupan gizi yang lebih, agar pertumbuhan bisa
berjalan secara optimal. Perkembangan fisik remaja jelas terlihat pada tungkai
dan tangan, tulang kaki dan tangan, serta otot-otot tubuh berkembang pesat.
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang
ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja perempuan dan perubahan suara
pada remaja laki-laki. Saat itu, secara biologis remaja mengalami perubahan
yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki
kemampuan untuk ber-reproduksi.
Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif
dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins ataugona dotrophic hormones)
yang saling berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu : Follicle–Stimulating
Hormone (FSH); dan Luteinizing Hormone (LH).
Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang
pertumbuhanestrogen dan progesterone; dua jenis hormon kewanitaan. Pada
anak laki-laki, luteinizing hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell
Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone. Pertumbuhan
secara cepat dari hormon- hormon tersebut diatas merubah sistem biologis
seorang anak.
Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai
pertanda bahwa system reproduksinya sudah efektif. Selain itu terjadi juga
perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang. Anak laki-laki mulai
memperlihatkan perubahan dalam suara, otot dan fisik lainnya yang berhubungan
dengan tumbuhnya hormone testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara
cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja. Menurut
Arajoo T.V (1986), ranah afektif menyangkut perasaan, modal dan emosi.
Perkembangan afektif siswa SMP mencakup proses belajar perilaku dengan orang
lain atau sosialisasi. Sebagian besar sosialisasi berlangsung lewat pemodelan
dan peniruan orang lain.
Perkembangan psikomotorik Wuest & Combardo (1974)
menyatakan bahwa perkembangan aspek psikomotorik seusia SMP ditandai dengan
perubahan jasmani dan fisiologis sex yang luar biasa. Salah satu perubahan luar
biasa tersebut adalah perubahan pertumbuhan tinggi badan dan berat badan,
sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat
“tidak memikirkan akibat” dari perbuatan mereka, dan kadang mengalami proses
pencarian jati diri
2.2.2
Berfikir dan Bahasa
Hal ini menyangkut tentang hubungan
sebab akibat. Remaja sudah mulai berfikir kritis sehingga ia akan melawan bila
orang tua, guru, lingkungan, masih menganggapnya sebagai anak kecil. Mereka
tidak akan terima jika dilarang melakukan sesuatu oleh orang yang lebih tua
tanpa diberikan penjelasan yang logis. Misalnya, remaja makan didepan pintu,
kemudian orang tua melarangnya sambil berkata “pantang”. Sebagai remaja mereka
akan menanyakan mengapa hal itu tidak boleh dilakukan dan jika orang tua tidak
bisa memberikan jawaban yang memuaskan maka dia akan tetap melakukannya.
Apabila guru/pendidik dan oarang tua tidak memahami cara berfikir remaja,
akibatnya akan menimbulkan kenakalan remaja berupa perkelahian antar pelajar.
Perkembangan kognitif remaja, dalam
pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode
terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal
operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir
sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak.
Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka
dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta
kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak
mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan.
Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan
memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka
sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang
untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa
depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu
mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.
Pada kenyataan, di negara-negara
berkembang (termasuk Indonesia) masih sangat banyak remaja (bahkan orang
dewasa) yang belum mampu sepenuhnya mencapai tahap perkembangan kognitif
operasional formal ini[4].
Sebagian masih tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional
konkrit, dimana pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana dan belum
mampu melihat masalah dari berbagai dimensi. Hal ini bisa saja diakibatkan
sistem pendidikan di Indonesia yang tidak banyak menggunakan metode
belajar-mengajar satu arah (ceramah) dan kurangnya perhatian pada pengembangan
cara berpikir anak. penyebab lainnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh
orangtua yang cenderung masih memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga
anak tidak memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan
usia dan mentalnya. Semestinya, seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap
pemikiran abstrak supaya saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa
berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi
terbaik.
2.2.3
Sosial
Sebagai makhluk sosial, individu
dituntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil
dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai
dengan aturan atau norma yang berlaku. Oleh karena itu setiap individu dituntut
untuk menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri
terhadap lingkungan sekitarnya. Ketrampilan-ketrampilan tersebut biasanya
disebut sebagai aspek psikososial. Ketrampilan tersebut harus mulai
dikembangkan sejak masih anak-anak, misalnya dengan memberikan waktu yang cukup
buat anak-anak untuk bermain atau bercanda dengan teman-teman sebaya,
memberikan tugas dan tanggungjawab sesuai perkembangan anak, dsb. Dengan
mengembangkan ketrampilan tersebut sejak dini maka akan memudahkan anak dalam
memenuhi tugas-tugas perkembangan berikutnya sehingga ia dapat berkembang
secara normal dan sehat.
Ketrampilan sosial dan kemampuan
penyesuaian diri menjadi semakin penting manakala anak sudah menginjak masa
remaja. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja individu sudah memasuki
dunia pergaulan yang lebih luas dimana pengaruh teman-teman dan lingkungan
sosial akan sangat menentukan. Kegagalan remaja dalam menguasai
ketrampilan-ketrampilan sosial akan menyebabkan dia sulit menyesuaikan diri
dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri,
dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang normatif (misalnya
asosial ataupun anti sosial), dan bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrim
bisa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal,
tindakan kekerasan, dsb.
Berdasarkan kondisi tersebut diatas
maka amatlah penting bagi remaja untuk dapat mengembangkan
ketrampilan-ketrampilan sosial dan kemampuan untuk menyesuaikan diri.
Permasalahannya adalah bagaimana cara melakukan hal tersebut dan aspek-aspek
apa saja yang harus diperhatikan.
Salah satu tugas perkembangan yang
harus dikuasai remaja yang berada dalam fase perkembangan masa remaja madya dan
remaja akhir adalah memiliki ketrampilan sosial (sosial skill) untuk dapat
menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari. Ketrampilan-ketrampilan sosial
tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain,
menghargai diri sendiri & orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan
dari orang lain, memberi atau menerima feedback, memberi atau menerima kritik,
bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku, dsb. Apabila keterampilan
sosial dapat dikuasai oleh remaja pada fase tersebut maka ia akan mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Hal ini berarti pula bahwa sang
remaja tersebut mampu mengembangkan aspek psikososial dengan maksimal. Jadi
tidak mengherankan jika pada masa ini remaja mulai mencari perhatian dari
ingkungannya dan berusaha mendapatkan status atau peranan, misalnya mengikuti
kegiatan remaja dikampung dan dia diberi peranan dimana dia bisa menjalankan
peranan itu dengan baik. Sebaliknya jika remaja tidak diberi peranan, dia akan
melakukan perbuatan untuk menarik perhatian lingkungan sekitar dan biasanya
cenderung ke arah perilaku negatif.
Pola hubungan sosial remaja lain
adalah dimulainya rasa tertarik pada lawan jenisnya dan mulai mengenal istilah
pacaran. Jika dalam hal ini orang tua kurang mengerti dan melarangnya maka akan
menimbulkan masalah sehingga remaja cenderung akan bersikap tertutup pada orang
tua mereka. Anak perempuan secara biologis dan karakter lebih cepat matang
daripada anak laki-laki.
2.2.4
Moral dan Agama
Masa remaja adalah periode dimana
seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di
lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Elliot
Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian tersendiri
dalam menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan
mereka, misalnya: agama, politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dsb.
Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut
yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan
keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif
lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar
dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan
kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya “kenyataan” lain di
luar dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa
ada banyak aspek dalam melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain.
Baginya dunia menjadi lebih luas dan seringkali membingungkan, terutama jika ia
terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak.
Kemampuan berpikir dalam dimensi
moral (moral reasoning) pada remaja berkembang karena mereka mulai melihat
adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu
dengan kenyataan yang ada di sekitarnya. Mereka lalu merasa perlu
mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan “kenyataan” yang baru.
Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap "pemberontakan" remaja
terhadap peraturan atau otoritas yang selama ini diterima bulat-bulat.
Misalnya, jika sejak kecil pada seorang anak diterapkan sebuah nilai moral yang
mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik. Pada masa remaja ia akan
mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya membiarkan korupsi itu tumbuh subur
bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai baik dalam suatu kondisi tertentu.
Hal ini tentu saja akan menimbulkan konflik nilai bagi sang remaja. Konflik
nilai dalam diri remaja ini lambat laun akan menjadi sebuah masalah besar, jika
remaja tidak menemukan jalan keluarnya. Kemungkinan remaja untuk tidak lagi
mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan oleh orangtua atau pendidik sejak masa
kanak-kanak akan sangat besar jika orangtua atau pendidik tidak mampu
memberikan penjelasan yang logis, apalagi jika lingkungan sekitarnya tidak
mendukung penerapan nilai-nilai tersebut.
Peranan orangtua atau pendidik
amatlah besar dalam memberikan alternatif jawaban dari hal-hal yang
dipertanyakan oleh putra-putri remajanya. Orangtua yang bijak akan memberikan
lebih dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja itu bisa berpikir lebih
jauh dan memilih yang terbaik. Orangtua yang tidak mampu memberikan penjelasan
dengan bijak dan bersikap kaku akan membuat sang remaja tambah bingung. Remaja
tersebut akan mencari jawaban di luar lingkaran orangtua dan nilai yang
dianutnya. Ini bisa menjadi berbahaya jika “lingkungan baru” memberi jawaban
yang tidak diinginkan atau bertentangan dengan yang diberikan oleh orangtua.
Konflik dengan orangtua mungkin akan mulai menajam.
Begitu pula dengan agama. Peranan
orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan alternatif jawaban dari
hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri remajanya karena rasa penasaran
dari anak yang memang sangat rentan dengan paham-paham baru baik dia baru usia
15 tahun. Hal tersebut menyebabkan tingkat kritis seorang anak yang ingin tahu
akan segala hal sangat lah tinggi. Hingga butuh pengawasan dari orangtua maupun
pendidik.
2.2.5
Emosi
Emosi pada remaja masih labil, karena erat hubungannya
dengan keadaan hormon. Mereka belum bisa mengontrol emosi dengan baik. Dalam
satu waktu mereka akan kelihatan sangat senang sekali tetapi mereka tiba-tiba
langsung bisa menjadi sedih atau marah. Contohnya pada remaja yang baru putus
cinta atau remaja yang tersinggung perasaannya. Emosi remaja lebih kuat dan
lebih menguasai diri mereka daripada pikiran yang realistis. Saat melakukan
sesuatu mereka hanya menuruti ego dalam diri tanpa memikirkan resiko yang akan
terjadi.
2.2.6
Seksual
Terdapat perbedaan tanda-tanda dalam
perkembangan seksual pada remaja. Tanda-tanda perkembangan seksual pada anak
laki-laki diantaranya alat reproduksi spermanya mulai berproduksi, ia mengalami
masa mimpi yang pertama, yang tanpa sadar mengeluarkan sperma. Sedangkan pada
anak perempuan, bila rahimnya sudah bisa dibuahi karena ia sudah mendapatkan
menstruasi yang pertama.
Terdapat ciri lain pada anak
laki-laki maupun perempuan. Pada laki-laki pada lehernya menonjol buah jakun
yang bisa membuat nada suaranya pecah; didaerah wajah, ketiak, dan di sekitar
kemaluannya mulai tumbuh bulu-bulu atau rambut; kulit menjadi lebih kasar,
tidak jernih, warnanya pucat dan pori-porinya meluas. Pada anak perempuan,
diwajahnya mulai tumbuh jerawat, hal ini dikarenakan produksi hormon dalam
tubuhnya meningkat. Pinggul membesar bertambah lebar dan bulat akibat dari
membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak bawah kulit. Payudara
membesar dan rambut tumbuh di daerah ketiak dan sekitar kemaluan. Suara menjadi
lebih penuh dan merdu.
Pada masa pubertas, hormon seseorang
menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau
gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu: Follicle-Stimulating
Hormone (FSH); dan 2). Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormon
tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua jenis hormon
kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan
Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan
testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas
merubah sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi,
sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi
juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, dll. Anak lelaki mulai
memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungan
dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara
cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.
BAB III
EMPIRIS
Remaja usia 15
tahun adalah masa-masa yang sedang labil dengan mudah sekali terpengaruhi oleh
lingkungan yang berada di sekitarnya. Penelitian yang penulis lakukan yaitu
penelitian yang dilakukan pada seorang anak berusia 15 tahun, yang mana seorang
anak ini telah menghadapi Ujian Nasional 2011. Anak yang menjadi objek
penelitian penulis bernama Faizatul Aliyah, usia 15 tahun. Lahir di Salatiga
tanggal 20 April 1996. Anak dari Ibu Endah Salamah dan alm.Bapak Suhaely.
Faizatul Aliyah biasa dipanggil dengan Lia. Lia adalah anak keempat dari empat
bersaudara. Kakak pertamanya berusia 25 th seorang perempuan yang telah menjadi
sarjana Pendidikan bahasa Jerman sedangkan kakak keduanya seorang laki-laki
berusia 22 th yang sedang menjalani S1 di salah satu Perguruan Tinggi Swasta
Bandung. Sedangkan kakak ketiga adalah seorang wanita yang juga sedang menjali
program sarjana di salah satu Perguruan Tinggi Negeri Bandung. Lia tinggal
bersama ibunya di Sukabumi. Setelah dilakukan observasi langsung terhadap Lia
seetelah ia menhadapi Ujian Nasional di dapatkan hasil sebagai berikut.
3.1
Fisik Motorik
Keadaan fisik yang dialami oleh Faizatul Aliyah
alias Lia sama seperti yang biasa dialami oleh remaja seumurannya. Lia
mengalami perubahan fisik maupun perubahan motorik. Pada saat Lia berumur 13
tahun, dia mengalami menstruasi. Dan mengalami perubahan fisik dengan tumbuhnya
payudara dan bertambah tingginyas Lia dari tahun ke tahun. Dengan hal tersebut
dapat dipastiakan bahwa Lia pun mengalami perkembangan dan pertumbuhan fisik.
Selain itu terlihat jelas terdapat jerawat yang ada pada wajahnya. Hal itu
terjadi akibat pikiran yang tertuju pada persiapan ujian Nasional serta tekanan
yang dihadapi pra Ujian Nasional dan Pasca Ujian Nasional (menunggu hasil
apakah lulus atau tidak).
Sedangkan pertumbuhan motorik ditandakan dengan
sikap yang lebih kritis yang terjadi pada Lia. Sterlebih lagi terlihat dari
carany berbicara dan mengkritisi sekolahnya saat menghadapi ujian Nasional.
Terdapat hal-hal yang tidak disetujui oleh Lia dari persiapan yang dilakukan
oleh sekolahnya untuk menghadapi Ujian Nasional. Sehingga memang terjadi
perkembangan motorik pad alia dan hal tersebut sudah wajar kare tidak ada
perkembangan fisik dan motorik yang menyimpang saat dilakukan penelitian langsung
terhadapnya.
3.2
Berfikir dan Bahasa
Daya berfikir pada usia 12 sampai 15 tahun sedang
berkembang kea rah ingin tahu dan kritis terhadap yang tidak sesuai dengna yang
adaa dipikirannya. Yang terjadi pada Lia pun begitu. Salah satu contoh saat
berbincang-bincang dengan Lia yaitu :
Kakak Lia =
“ kemarin kenapa mamah marah ke Lia?”
Lia = “ Kak, Lia bingung, bukannya mamah
dulu pernah bilang kalo lia tuh harus belajar maksimal bioar bisa ngerjain
Ujian Nasional tanpa nyontek. Walau Lia nanti dapet nilai pas-pasan tapi dengan
ga nyontek ya gak apa=apa. Tapi kenapa Lia dapaet nilai 5,75 dei matematika
malah dimarahin coba?”[5]
Dari
percakapan tersebut dfapat dilihat bahwa hal-hal yang tidak sesuai dengannny
akan diungkapakan. Selain itu pun saat berbincang-bincang dengan penulis ada
kalany Lia berdiskusi dan mengajak debat mengenai hal-hal yang memang belum dia
ketahui dan itu masih belum bisa diterimanya. Selain itu adakalanya pendapat
yang dikemukakan olehnya diterima dan dipertimbangkan saat di keluarganya menghadapi
masalah.
Aspek bahasa
yang ada pada Lia memang sangat dipengaruhi oleh asal dia lahir. Karena
keluarga Lia yang selalu berpindah-pindah ke temp[at yang memiliki bahsa yang
berbeda, maka Lia lebih dominan dengan menggunakan bahasa Indonesia
dibandingkan menggunakan bahsa daerah di lingkungan keluarganya. Tetapi di
lingkungan sekolah kepada teman-temannya, Lia menggunakan bahasa daerah yang
tidak halus. Jadi penyesuaian dalam penggunaan bahsa yang terjadi pada Lia
adalah tergantung lingkungan dimana dia sedang diami. Sedangkan pada metode
pembelajaran yang dilakukan oleh Lia adalah dengan metode tatap muka dan
penjelaasan dengan lebih intensif. Hal itu ditandai apabilka Lia mengalami
kesullitan dengan salah satu mata pelajaran, maka ia akan meminta bantuan
kepada kakaknya dan disanan terlihat bahwa terkadang Lia tidak mengerti hingga
harus dilakukan beberapa kali penjelasan hingga ia mengerti.
3.3
Sosial
Aspek social yang terjadi pada remaja usia 12-15
tahun memang tergantung dari lingkungannya. Tetapi biasanya remaja melakukan
aspek sosialnya dengan lancer yaitu terhadap temannya yang seusia. Dan
penyesuaiannya pun cepat. Tetapi yang dihadapi oleh Lia berbeda dengan teori
yang dikemukakan oleh para tokoh psikologi. Penyesuaian diri pada Lia cukup
lama karena ia adalah seorang yang cukup pemalau dan memiliki sifat menjaga
penampilan dan imagenya yang cukup tinggi. Hingga terkadang perasaan malu dan
takut terhadap pandangan dan anggapan orang lain terhadapnya telah menekan peresaan
percaya dirinya. Hal itu terlihat saat Lia di suruh oleh ibunya untuk ke warung
membekli sesuatu. Yang Lia lakukan yaitu melkakukan persiapan yang cukup lama
dengan benar-benar memperhatikan penampilannya dengan sungguh-sungguh. Terlebih
lagi saat ia sedang menghadapi Ujian Nasional dan sudah menghadapi ujian
Nasional. Perkembangan sosialnya terlihat jelas dengan adanya rasa
ketergantungan pada teman dan guru dalam mengajarinya materi untuk Ujian
Nasional.
3.4
Moral dan Agama
Moral yang ada pada diri Lia baik. Hal itu terlihat
dari cara didik orangtuanya yang cukup ketat, sehingga Lia merasa takut bila
melakukan kesalahan dan merasa senang bila melakukan kebaikan. Sedangkan pada
agama yang ada pada dirinya masih terlihat belumlah dari kesadaran dirinya. Hal
itu terjadi karena ada kalanya dirinya selalu disuruh-suruh dalam melaksanakan
ibadah menghadap Allah. Bahkan terkadang telat melaksanakannya[6]. Tetapi daya kritisnya terhadap pelajaran
agama yang baru ia dapatkan cukup membuat Lia berfikir apakah sesuai dengan
ajaran Nabi Muhammad atau tidak. Hal tersebut ditandai dengan dia yang selalu
bertanya kepada ibunya atau kakak-kakaknya mengenai masalah agama.
3.5
Emosi
Daya emosi pada remaja memang stabil, begitu pula
pada Lia. Dia memiliki emosi yang selalu berubah-ubah. Hal tersebut ditandai
saat ia memiliki masalah dengan temannya, ia menceritakan hal terserbut kepada
kakaknya yang ketiga[7]
dengan kekesalan yang meluap-luap dengan tanpa pemikiran yang matang terhadap
masalah yang sedang ia hadapi, tetapi pada saat keesokan harinya ia
menceritakan kembali dengan kekesalan yang tidak terlihat dan dengan
kebingungan yang cukup membuatnya pusing hingga meminta solusi kepada kakaknya
tersebut.
Selain itu emosi yang di ungkapkan terhadap perilaku
maupun keadaan di rumah pun terkadang berubah-ubah. Terkadang santai
menghadapinya, terkadang kesal dan terkadang bahagia dan juga sedih. Hal
tersebut terkadang adanya tekanan dari ibu Lia akan kewajiban dia dalam
mengerjakan pekerjaan rumah, belajar menghadapi Ujian Nasional dll. Dan reward
yang diberikan dari saudar-saudar maupun Ibu Lia pun membuat emosi yang di
ungkapkan Lia beraneka ragam.
Selain itu saat ia akan menghadapi Ujian Nasional,
Lia lebih sering menghadapi emosi yang sangat tidak stabil karena adanya
tekanan dari menghadapi Ujian Nasional baik dari dirinya sendiri, guru, maupun
keluarga. Terkadang mengalami kegelisahan, senang, bahkan marah-marah akan
ketidakbisaanya dalam memecahkan soal saat berlatih mengerjakan soal. Serta
tidak pahamnya saat sedang diajari oleh kakaknya maupun oleh gurunya, hingga
timbul rasa penasaran untuk memahami materi yang tidak ia pahami.
3.6
Seksual
Perkembangan seksual pada diri Lia pun sama seperti
yang ada pada teori bahwa Lia mengalami menstruasi dan perubahan bentuk pada
pinggul, tumbuhnya payudara dll[8].
Sedangkan pada rasa suka terhadap lawan jenis pun dialami oleh Lia. Tertapi
yang lebih dominan adalah kesukaan dia terhadap artis mancanegara.artis
tersebut adalah penyanyi yaitu David Archuletta. Hal tersebut dapat dilihat
dari foto-foto dan music-musik yang tersimpan di handphone nya berisi dominan
foto dan lagu-lagu David Archuletta.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1.
Karakteristik perkembangan pada Faizatul Aliyah lebih dominan sama
seperti pada teori yang telah dikemukakan oleh para tokoh.
2. Metode pembelaqjaran yang
cocok dengan Faizzatul Aliyah adalah dengan metode tatap muka dan penjelasan secara
intensif.
3.
Dari penelitian didapat bahwa peran lingkungan di rumah sangat
berpengaruh terhadap perkembangaan dan pertumbuhan emosi, fisik, moral,
seksual, dan karakteristik lainnya.
Sehingga,
dari tiga poin tersebut diperoleh kesimpulan bahwa terdapat teori yang
sesuai dengan hasil penelitian penulis dan ada teori yang tidak sesuai dengan
penelitian penulis. Hal tersebut dikarenakan penulis hanya melakukan penelitan
terhadap seorang anak saja.
4.2 SARAN
1.
Perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut, terutama mengenai kemungkinan yang terjadi dengan Psikologi
Faizatul Aliyah akibat lingkungan sekitarnya.
2.
Perlu diadakan penelitian terhadap anak lainnya
sebagai pembanding Karakteristik pertumbuhan Faizatul Aliyah dengan anak lain.
3.
Perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut mengenai
keluarga yang membuat pembentukan karakteristik apda Faizatul Aliyah.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. 1991. Psikologi
Perkembangan. Jakarta : Rineka Cipta
Gunarsa, D. 1986. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : PT. BK Gunung Mulia
Hurlock, E. 1980. Psikologi Perkembangan : suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Edisi ke lima. Jakarta : Erlangga
Kartono, K. 1979. Psikhologi Anak. Bandung : Alumni
Monk, dkk. 2002. Psikologi Perkembangan : pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Yusuf, S. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Zulkifli, L.. 1992. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT Remaja Rosda Karya
Gunarsa, D. 1986. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : PT. BK Gunung Mulia
Hurlock, E. 1980. Psikologi Perkembangan : suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Edisi ke lima. Jakarta : Erlangga
Kartono, K. 1979. Psikhologi Anak. Bandung : Alumni
Monk, dkk. 2002. Psikologi Perkembangan : pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Yusuf, S. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Zulkifli, L.. 1992. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT Remaja Rosda Karya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar